Yuk Pilih Mainan Bayi yang Pas Untuk Si Kecil

Mainan bayi yang pas untuk si kecil

Tak sekedar menghibur, kehadiran mainan bayi sering menjadi media penunjang proses belajar anak. Sayangnya, pentingnya hal ini sering diabaikan oleh banyak orangtua, dengan memilih jenis mainan yang sembarangan. Mau tau tips-nya, berikut ulasan lebih lanjut.

Seperti dikutip dari Parenting, pada dasarnya beberapa jenis mainan dapat digunakan untuk merangsang anak agar lebih aktif dan mau belajar sesuatu. Dalam hal ini, jenis mainan yang memiliki karakter tertentu, seperti berwarna-warni dan bisa bergerak.

Pada dasarnya, mainan bergerak mudah menarik perhatian si kecil. Dengan memberikan jenis mainan ini di waktu yang tepat, maka proses belajar akan berjalan dengan baik dan sempurna.

Caranya, beri mainan ini saat anak tidur telentang dengan menaruh tepat diatas si kecil. Agar tidak bosan, beri beberapa variasi mainan.

Selain mainan gantung, Anda juga dapat memberi jenis mainan bergerak yang bisa dipukul atau di pegang. Cara ini akan memicu anak lebih aktif dan bergerak. Sehingga mampu belajar mengkoordinasikan tangan dan kaki mereka.

Sangat mudah merangsang anak untuk mau merangkak, sampai mulai belajar berdiri sampai berjalan dengan mainan bergerak. Hanya saja, orangtua harus peka dan memberi kesempatan anak agar tak bosan dengan kegiatan yang dilakukan sehari-hari.

Beberapa pertumbuhan anak kadang membuat anak memilih jenis mainan lebih komplek saat usianya mulai bertambah. Dalam hal ini, mainan sederhana tak lagi membuatnya tertarik, dan lebih memilih jenis mainan yang lebih komplek.

Selain memastikan mainan yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak, pastikan juga bahan yang digunakan untuk memproduksi mainan anak. Karena tak jarang anak memiliki oral habit, atau memasukkan segalanya ke mulut.

Tak hanya jenis mainan yang bisa bergerak, jenis mainan yang bisa berbunyi juga dapat menjadi mainan edukasi untuk si kecil. Seperti mainan yang bergerak, mainan yang berbunyi dapat merangsang kemampuan telinga dan mudah menarik perhatian anak.

Beberapa jenis mainan seperti miniatur piano, drum set dan sebagainya dapat dimainkan dengan menyenangkan bagi anak. “Di atas segala-galanya, bayi sangat suka pada suara-suara,” ucap Gerald McRoberts, asisten profesor psikologi pada Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania.

Dan seperti mainan bergerak, memberi jenis mainan ini saat waktu yang tepat adalah langkah yang bijak. Dalam hal ini, berikan jenis mainan ini saat suasana lebih santai. Sehingga anak bisa berbicara, bernyanyi dan terkekeh-kekeh. Sembari bercanda dan bermain, jangan putus komunikasi dengan anak, cara ini juga akan meningkatkan skill linguistik mereka.

Bagi anak, saat-saat ini bisa jadi hal paling menyenangkan. Dimana sembari bercanda mereka dapat memegang dan memainkan sesuka hati setiap mainan yang Anda berikan. Dan cara ini juga akan melatih kordinasi tangan dan kaki jadi lebih baik. Sehingga anak akan terpicu untuk belajar merangkak atau berdiri.

Yuk Buat Kegiatan Belajar Si Kecil Lebih Nyaman

Image

Disadari atau tidak beberapa perlengkapan pakaian yang melekat pada bayi sedikit banyak akan berpengaruh pada kenyamanan tumbuh kembang si buah hati. Seperti popok bayi, pilihan yang tepat akan membuat anak mudah belajar bergerak, mulai dari merangkak sampai belajar berjalan nantinya. Secara umum, yuk simak beberapa tips agar kegiatan bermain dan tumbuh kembang anak kian nyaman.

Popok bayi bagi sebagian orangtua sangat membantu, terutama dalam hal sanitasi dan kebersihan si buah hati. Hanya saja, kesalahan penggunaan popok yang terlewat tebal dan kurang nyaman, sering berakhir pada masalah kesehatan, seperti alergi dan gatal-gatal. Tak hanya itu, kekurangan nyaman penggunaan popok membuat tumbuh kembang anak sedikit banyak terganggu. Jangan heran di usia yang seharusnya bisa melakukan sesuatu, buah hati Anda masih belum mampu untuk dapat menguasainya.

Seperti dikutip Parenting, pada dasarnya anak mulai belajar merangkak saat bagian kaki dan koordinasi gerak mereka terbangun dengan baik. Dan hal ini biasanya dimulai sejak mereka berusia antara 6 hingga 10 bulan.

Meski demikian, pada beberapa bayi hal ini sering datang terlambat karena banyak faktor. Sehingga jangankan merangkak, untuk duduk saja terkadang mereka merasa kesulitan. Sebagai orangtua, solusinya, perhatikan setiap permasalahan kesehatan si buah hati, jenis pakaian yang sering digunakan, dan asupan nutrisi gizi dan vitamin yang baik dan rutin di menu harian mereka.

Dalam hal proses berdiri dan berjalan, keleluasaan gerak kaki dan perut pada dasarnya sangat diperlukan. Sehingga selain memastikan lingkungan sekitar cukup aman untuk dibuat bermain, pastikan pakaian yang digunakan termasuk popok bayi cukup nyaman dan tak mengganggu pergerakkan mereka.

Selain pakaian yang sudah nyaman dan aman, untuk memastikan lingkungan sekitar aman untuk dibuat bermain dan tumbuh kembang anak, ada baiknya Anda melakukan beberapa hal berikut :

1. Singkirkan benda-benda yang berpotensi dapat membahayakan si buah hati. Terutama barang-barang pecah belah dan tajam. Selain itu, hindari benda atau mainan kecil yang dapat berisiko tertelan anak.

2. Agar aman, pastikan lantai bersih dari kotoran dan tidak licin. Selain menekan risiko anak terkena kuman bakteri, kebersihan lantai akan menghindarkan anak tergelincir saat belajar berjalan.

3. Bebas bergerak, tapi batasi lingkungan anak. Hindari mereka keluar dari area aman. Seperti tangga, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan anak bisa terjatuh.

Banyak hal yang bisa diantisipasi untuk menghindari berbagai kendala dalam kegiatan belajar dan tumbuh kembang si kecil. Selalu peka terhadap gangguan yang muncul dan senantiasa menjaga keamanan, membuat dampak buruk dalam kegiatan ini dapat ditekan risikonya.

Bagaimanapun bagi sebagian besar orangtua, masa belajar merangkak dan si anak mulai mampu belajar berjalan adalah hal paling menggemaskan. Terutama saat mereka mulai berjalan, bereksplorasi di sekitar rumah dan asik dengan mainannya sendiri dengan berjalan kesana dan kemari.

Tips Memberi Susu Bayi yang Ideal

Image

Sederhananya, susu bayi (formula atau ASI) diberikan saat anak membutuhkannya. Sehingga tak hanya lapar, cara ini akan membuat mereka tidak merasakan dehidrasi. Pertanyaan kemudian timbul, bagi anak yang kurang aktif, atau tidak memberi pertanda mereka lapar atau haus, berapa jumlah ideal konsumsi susunya setiap hari ?

Seperti dikutip dari Parenting, susu bayi adalah elemen penting anak dalam memenuhi kebutuhan nutrisi setiap harinya. Sayangnya, sepertihalnya jenis makanan yang lain, pemenuhan kebutuhan yang berlebih sering mengganggu pikiran banyak orangtua. Mengingat dampak buruk yang mungkin saja terjadi.

Masalah tak berhenti disitu, bagi orangtua terutama ibu yang super sibuk (Karena bekerja), atau memiliki kelainan di payudara, sering membuat kita para orangtua khawatir akan kebutuhan asupan harian si kecil. Dan secara garis besar, kebutuhan susu si kecil bisa dibuat rata-rata agar nutrisi dan kebaikan lain pada susu bisa diserap dengan baik oleh si kecil.

Hal ini direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics (AAP). Lembaga asal Amerika ini merekomendasikan konsumsi susu bayi bisa diberikan sebanyak 8 hingga 12 kali setiap hari bagi bayi normal. Yah, untuk bayi dengan kondisi tertentu seperti alergi dan sebagainya, aturan tersebut tentu tidak berlaku.

Menurut salah seorang peneliti di lembaga tersebut mengatakan, menyusu pada dasarnya bukan matematika atau ilmu pasti. Karena di berbagai kasus, perbedaan lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan si kecil dalam me-nyusu.

“Aturan tersebut sering tidak berlaku bagi beberapa bayi. Meski demikian, beberapa basi sehat sering mengkonsumsi susu dengan aturan tersebut,” jelas William H. Dietz, MD, Ph.D., editor The AAP Guide to Your Child’s Nutrition sekaligus kepala divisi nutrisi dan aktivitas fisik di Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta.

Hal ini disebabkan karena perbedaan kemampuan antara anak dan ibu. Seperti saat kemampuan ibu menyusui hanya 7 menit, sementara kemampuan anak untuk menyusu hingga 15 menit. Jelas kegiatan menyusu ini tak bisa dihitung sekali minum.

Menurut dr. Dietz, inti dari semua itu adalah indikasi kecukupan ASI diberikan untuk si kecil. Dan hal ini menurutnya dapat diidentifikasi dengan frekuensi buang air. “Selama frekuensi buang air kecilnya normal (minimal 6 kali sehari), dan ia tampak kenyang, berarti bayi Anda mendapatkan cukup ASI,” jelasnya.

Jika hal tersebut tak selalu bisa anda monitor, ada cara lain yang bisa digunakan untuk indikasi kecukupan konsumsi susu pada si kecil. Menurut Dietz, hal tersebut bisa dilihat dari pertambahan berat badan yang konstan pada si kecil. Dalam hal ini, jika anak mengalami penambahan (tak banyak) berat badannya adalah hal yang normal. Begitu juga anak tidak mengalami penurunan berat badan hingga 10% dari berat tubuh mereka setelah di lahirkan (Saat usia mereka beberapa hari setelah dilahirkan).

Tips Bijak Sajikan MPASI Pada Si Kecil

Sajikan MPASI

Tak jarang memperkenalkan Makanan Bayi pendamping ASI atau yang biasa kita kenal dengan MPASI tak semudah seperti yang direncanakan. Selain bahan dasar yang digunakan, cara penyajian dan jenis makanan sering menjadi pertanyaan sebagian besar diantara orangtua. Jika Anda salah satunya, berikut tips yang bisa Anda lakukan.

Seperti dikutip Parenting, berbeda dengan cara penyajian makanan untuk anak balita, memperkenalkan jenis makanan dengan perut si kecil yang baru saja lahir memiliki banyak sekali perbedaan. Untuk itu, bagi para orangtua, sebaiknya memperhatikan bahan yang digunakan dan cara penyajian. Cara ini jika dilakukan dengan benar akan mencegah hal buruk terjadi pada si kecil.

Cara pertama adalah perhatikan tekstur MPASI yang akan Anda berikan pada si kecil. Seperti ASI, jenis makanan yang bersahabat dengan perut si buah hati adalah bersifat agak cair. Ingat, jangan langsung memberi makanan padat pada mereka. Solusinya, beri bertahap jenis MPASI kental seiring waktu berjalan, atau saat perut bayi mulai siap.

Karena lambung mereka masih sangat kecil, tak perlu memberi jumlah makanan berlebih untuk membuat mereka kenyang. Cukup beri satu atau dua sendok makan sudah cukup dalam hal ini.

Yang kedua, beri jenis MPASI berjenis serealia. Jenis makanan ini bisa Anda buat dari bahan tepung beras. Dan secara bertahap, Anda bisa memberi jenis makanan lain pada olahan MPASI dari tepung beras. Tipsnya, beri jenis bahan makanan dari sayur yang berasa hambar untuk yang pertama kali. Selanjutnya anda bisa menambahkan jenis buah-buahan dengan rasa manis. Cara ini akan memperkecil anak menolak jenis makanan tidak manis saat mereka tumbuh kelak.

Dalam hal frekuensi, Anda bisa memberikan MPASI satu atau dua kali dalam sehari. Untuk waktunya, jenis makanan ini sangat cocok diberikan saat makan pagi atau siang (Saja). Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi, jika kejadian buruk terjadi bisa langsung segera ditangani.

Selalu ingat 4 Days Wait Rule, apa itu? Cara ini biasa digunakan untuk melihat reaksi si bayi terhadap satu jenis makanan. Jika satu jenis makanan tidak bisa diterima dengan baik, reaksi alergi sering muncul dalam waktu kurang lebih 4 hari.

Untuk melakukan 4 Days Wait Rule, Anda bisa memberi makanan dengan jenis yang sama selama 4 hari. Jangan beri makanan jenis lain untuk mengetahui reaksi alergi yang muncul. Dan setelah itu (4 hari) Anda bisa memberi jenis makanan yang lain.

Selalu memperhatikan perubahan sekecil apapun pada bayi adalah kunci sukses dalam memberi MPASI di beberapa bulan setelah anak di lahirkan. Selain itu, selalu perhatikan tekstur makanan.

Semakin sedikit usia mereka, buat makanan menyerupai ASI (dalam bentuk cair). Karena makanan padat tak jarang akan membuat risiko bayi tersedak menjadi tinggi.

Beberapa jenis buah-buahan seperti pisang dan Apel juga bagus diberikan, tapi ingat jangan sembarangan memberinya. Karena sebelum mengenalkan buah-buahan, ada baiknya Anda memperkenalkan sayuran yang memiliki nutrisi dan gizi lebih kaya.

Merawat Kulit Bayi dengan Menjaga Kebersihan Kuku

Merawat kulit bayi

Disadari atau tidak, kesehatan kulit bayi tak hanya berasal dari produk Bath & Skincare yang Anda gunakan untuk si buah hati. Karena hal ini sering datang dari beberapa hal yang mungkin belum pernah kita sadari. Salah satunya dari kualitas kuku si buah hati. Karena semakin panjang dan runcing kuku yang kurang terawat, sering membuat luka di beberapa bagian tubuh, dan ini sering menjadi kendala tersendiri bagi kulit mereka.

Merawat kulit bagi anak yang agak besar atau orang dewasa mungkin bukan perkara yang sulit untuk dilakukan. Namun demikian, seperti dikutip dari Parenting, hal ini sering sangat susah dilakukan untuk bayi yang baru saja dilahirkan. Karena umumnya, kuku mereka masih memiliki karakter sangat lunak dan tipis. Dan kesalahan sedikit saja memotong kuku, dapat berisiko melukai tangan mereka.

Meski lunak dan tipis kuku bayi juga memiliki karakter sangat tajam. Tak hanya berisiko melukai kulit mereka yang juga masih sensitif, bagian ini juga kerap melukai payudara ibu saat sedang menyusui.

Dan bagian ini biasanya tumbuh dengan cepat, jadi perlu penanganan khusus. Dalam kondisi ini, apa yang sebaiknya kita lakukan sebagai orangtua?

Memotong kuku adalah hal perlu dilakukan oleh kita, para orangtua. Biasanya bagian kuku pada tangan lebih cepat tumbuh, dan intensitas memotongnya bisa dilakukan sekali dalam dua hari. Sementara untuk kuku kaki, Anda cukup memotongnya sekali dalam seminggu, karena pertumbuhannya yang lebih lambat.

Waktu yang tepat untuk memotong kuku adalah setelah mandi. Tak hanya bayi, kualitas kuku orang dewasa cenderung melunak saat terkena air, dan mudah dibersihkan. Namun cara ini biasanya tidak berjalan sesuai rencana, terutama bagi anak yang aktif dan sering bergerak. Untuk itu, waktu terbaik

kedua untuk memotong kuku adalah saat anak sedang tertidur. Cara ini kian mudah, karena saat terjaga bayi cenderung mengepalkan tangannya.

Untuk melakukan pembersihan secara efektif, berikut beberapa tahap dan cara yang bisa Anda lakukan dalam hal membersihkan kulit si kecil:

1. Hindari penggunaan gunting kuku biasa (Untuk orang dewasa). Karena ukuran yang terlalu besar cenderung dapat berisiko melukai kulit jari mereka. Solusinya, gunakan gunting kuku khusus (untuk bayi) yang banyak dijual di baby shop.

2. Sebelum menggunting, bersihkan terlebih dahulu gunting kuku dengan alkohol 70%. Cara ini dilakukan untuk memastikan tidak ada kuman di alat ini.

3. Potong secara perlahan, dengan cara tekan sedikit bagian bawah kuku agar tidak terpotong. Sisakan 1mm kuku untuk meminimalisir jari mereka terluka.

4. Jika terdapat kotoran dibalik kuku, bersihkan dengan cottong bud yang dibasahi dengan air matang (Bersih). Jangan gunakan benda lain, terutama yang memiliki bentuk tajam dalam hal ini.

5. Jika hal terburuk terjadi dan jari mereka terluka jangan panik, tekan luka dengan tisu bersih sampai darah berhenti keluar. Setelah itu, oleskan obat merah yang aman untuk bayi dengan menggunakan cotton bud.

Menjaga Kesehatan Mulut Bayi

Jaga kesehatan mulut bayi

Salah satu masalah pada pertumbuhan di bulan-bulan pertama si buah hati setelah dilahirkan adalah masalah mulut. Untuk itu pastikan pada saat melakukan kegiatan Feeding & Nursing si buah hati, Anda tak melakukan beberapa kesalahan, atau beberapa masalah kesehatan mulut seperti di bawah akan terjadi pada si kecil.

Seperti dikutip dari Parenting, beberapa masalah pada mulut umumnya wajar terjadi pada hampir kebanyakan bayi. Beberapa diantaranya disebabkan karena keterbatasan proses sanitasi yang biasa dilakukan dengan sikat gigi pada anak-anak, remaja dan orang dewasa pada umumnya. Beberapa masalah pada gigi dan mulut yang sering terjadi antara lain :

Candidiasis atau biasa terjadi dengan disertai munculnya infeksi jamur pada mulut, terutama pada bagian lidah. Masalah ini sering terjadi sampai anak lepas dari usia BATITA. Beberapa hal sering dapat meningkatkan risiko munculnya masalah ini. diantaranya dan paling sering adalah bekas makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak masih tertinggal di mulut.

Candidiasis juga kerap muncul ketika anak dalam kondisi kurang baik, atau memiliki daya tahan yang menurun. Dalam kondisi ini, perkembangan jamur pada mulut biasanya berkembang lebih cepat dari biasanya.

Kemunculan masalah ini biasanya ditandai dengan munculnya bercak putih yang menebal. Kemunculan masalah ini biasanya disertai dengan suhu yang tinggi pada lidah. Tak hanya rewel karena bagian mulut yang kurang nyaman, kemunculan masalah ini juga kerap membuat anak merasa gelisah dan menolak setiap makanan dan minuman yang diberikan.

Jika hal ini terjadi pada buah hati Anda, jangan khawatir. Karena tips yang bisa Anda lakukan adalah, secara rutin membersihkan lidah si buah hati. Lakukan cara ini dengan kain kasa, atau sikat lidah untuk bayi. Dan jika perlu, gunakan obat anti jamur yang aman untuk mereka. Lakukan dengan jari, terutama setelah si kecil makan atau minum.

Masalah lain yang juga kerap muncul pada mulut bayi adalah karies yang disebabkan oleh botol tempat minum si buah hati. Masalah ini biasanya kerap muncul saat si kecil mulai tumbuh gigi.

Kebiasaan minum dengan botol dimalam hari sering meningkatkan risiko munculnya permasalahan ini.

Gejala awal munculnya masalah ini adalah bercak putih yang terlihat keruh pada gigi. Bagian ini selanjutnya akan menguning, kemudian tampak kecokelatan dan menghitam. Setelah warna hitam, beberapa bagian gigi pun mulai hilang, alias keropos, hingga akhirnya tanggal seluruhnya.

Tak banyak yang bisa dilakukan untuk bisa menghindari masalah ini, termasuk meski Anda telah menjaga kebersihan mulut mereka dengan menggosok gigi secara sederhana. Langkah yang bisa dilakukan adalah dengan menghilangkan kebiasaan minum dengan botol di malam hari, terutama saat anak mulai berusia lebih dari 1 tahun.

Selain itu, membiasakan membersihkan gigi dan berhenti di malam hari sebelum tidur adalah cara efektif dalam menjaga kesehatan mulut sekaligus menekan munculnya risiko permasalahan mulut pada bayi ini.

Beberapa cara lain yang bisa Anda gunakan untuk menjaga kesehatan mulut bayi adalah, dengan membatasi makanan manis. Permen, gula-gula dan makanan manis umumnya sering menjadi makanan favorit mereka. Dengan membatasi jumlah konsumsi jenis makanan ini, kesehatan gigi dan mulut si kecil pun akan senantiasa terjaga dengan baik.

Menangis Kencang, Apa Karena Baju Bayi yang Kurang Nyaman?

Bayi Menangis Karena Baju Tak Nyaman

Menangis, terlebih jika ini dilakukan si buah hati dengan kencang tanpa sebab, sering membuat gundah sebagian besar orangtua. Nah, selain memastikan baju bayi terbuat dari bahan yang nyaman dan bersahabat dengan kulit si kecil, apa yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua dalam hal ini?

Tak jarang, suhu yang terlalu tinggi sering membuat bayi menangis, karena kegerahan. Ini bisa diperparah dengan bahan baju yang kurang familiar dan tak mampu menyerap keringat dengan baik.Dampaknya, kemunculan masalah kulit sering menjadi kendala tersendiri dan penyebab anak mudah nangis dan rewel setiap saat. Meski demikian, ada kalanya anak menangis dengan kencang tanpa sebab yang jelas (dengan kondisi kesehatan yang baik).

Kecemasan orangtua seakan menggumpal saat si buah mulai menangis kencang, terlebih jika hal ini terjadi terlalu sering dan tak kunjung reda. Beberapa perasaan pun campur aduk, saat ini terjadi. Terutama sangat dirasakan oleh ibu (dibanding ayah).

Seperti dikutip dari Pareting bagi bayi, menangis adalah komunikasi sederhana yang mereka sampaikan kepada orangtua mereka. Jika jarang terjadi, bisa jadi hal ini pertanda munculnya keluhan kesehatan. Tapi jika hal ini sering terjadi, bisa jadi ada masalah terhadap lingkungan sekitar (bayi). Hal ini dijelaskan oleh Martha Sears, R.N., salah seorang perawat yang terlibat dalam sebuah buku tentang pengasuhan anak, ‘gaya’ menangis bayi sebetulnya terbentuk melalui apa yang ia alami dengan lingkungannya. Bersama Dr. William Sears, suaminya, ia juga menjelaskan di buku tersebut, pada dasarnya, jika bayi berada di lingkungan yang responsif, besar kemungkinan, kebiasaan menangis kencang mereka tidak akan terjadi terlalu sering.

Untuk itu, ada baiknya jika tempat istirahat dan bermain bayi terletak tidak jauh dari jangkauan orangtua. Atau setidaknya, Anda menaruh sebuah radio monitor yang menghubungkan Anda dengan bayi kapanpun dan dimanapun Anda berada. Tujuannya, jika si kecil mulai menunjukkan gejala rewel, Anda bisa responsif memberikan yang mereka butuhkan. Karena secara normal, menangis wajar sering dilakukan bayi saat mereka mengalami beberapa hal. Seperti saat lapar, haus dan gerah terhadap lingkungan sekitar. Tak jarang, tangisan juga sering menjadi indikasi mereka butuh dekat dengan orangtua mereka. Untuk sekedar berbincang atau ingin digendong.

Pada dasarnya, tangisan pada bayi sering dilakukan dalam fase-fase tertentu. Fase pertama adalah attachment promoting, yang sering terjadi saat mereka berada di rumah sakit. Dimana tangisan mereka sering tidak langsung direspon oleh para perawat karena harus merawat bayi yang lain. Fase tangisan ini biasanya disebut fase pertama tangisan bayi.

Fase selanjutnya adalah avoidance promoting, fase ini biasanya terjadi saat tangisan bayi mulai direspon oleh orang sekitar. Fase ini biasanya terjadi lebih kencang, karena perasaan kemarahan, ketakuran dan keputus asaan karena sering tidak direspon oleh orang sekitar. Fase ini biasanya terjadi dalam kondisi yang kurang sehat. Karena merespon tangis bayi pada fase attachment promoting dapat membantu ibu memicu pelepasan hormon laktasi pelancar ASI. Sementara merespon tangisan bayi di fase avoidance promoting justru bisa menghambat refleks pengeluaran ASI.

Koin Untuk Mencegah Bodong, Bolehkah ?

Koin untuk cegah bodong

Dalam hal tumbuh kembang si buah hati di beberapa hari setelah kelahiran, tak sedikit orangtua percaya dengan mitos-mitos yang berlaku. Dan demi Healthy & Safety beberapa hal pun sering dilakukan, salah satunya menggunakan koin untuk membuat bentuk pusar jadi lebih baik (Tidak bodong atau keluar).

Mitos memberi koin untuk mencegah pusar bayi tumbuh keluar sudah sering dilakukan oleh semua orangtua, terutama di Indonesia. Meski secara logika singkat hal ini sekilas memiliki pengaruh sebab akibat, tapi dalam hal medis, bolehkan hal ini dilakukan ?

Seperti dikutip dari Parenting, pada dasarnya, pusar yang keluar pada bayi yang baru saja dilahirkan adalah hal yang wajar terjadi. Dan tak perlu panik, biasanya hal ini akan secara alamiah berubah seiring bertambahnya usia si buah hati.

Meski demikian, dalam kondisi tertentu, pusar bayi sering tak berubah (Tetap keluar atau bodong) meski usia mereka kian bertambah. Hal ini salah satunya disebabkan karena kemunculan masalah medis, seperti menderita hernia dan sebagainya.

Pada saat bayi, biasanya otot dan jaringan organ tubuh lain masih sangat lemah. Terutama pada bagian otot dinding perut bayi. Diperparah dengan masalah hernia, bagian otot pada perut umumnya akan terdorong keluar, hal ini yang pada akhirnya membuat pusar anak terlihat menonjol atau bodong saat mereka tumbuh.

Tak hanya pada masalah hernia, beberapa masalah kesehatan lain juga kerap membuat pusar anak terlihat bodong saat mereka tumbuh kelak. Salah satunya jika anak memiliki masalah alergi pada makanan.

Dalam kondisi ini, anak biasanya akan sering “ngulet” dan menangis (tak jarang sangat kencang). Dan hal ini biasanya akan mendorong kontraksi otot pada perut. Semakin sering hal ini dilakukan maka risiko pusar anak menjadi bodong akan semakin tinggi.

Lalu bagaimana cara menanggulanginya ? Apakah secara medis, menutup pusar dengan koin akan mencegah otot pusar bayi tumbuh secara berlebih ? Dan apakah ada dampak signifikan jika hal ini dilakukan ?

Seperti pada beberapa penelitian yang sudah-sudah, pada dasarnya banyak benda di sekitar kita yang sering menjadi sarang kuman dan bakteri, yang bagi kita terlihat bersih. Nah salah satunya adalah uang. Ini dikarenakan uang sering dipegang banyak orang dengan kondisi tangan kurang higienis. Jangan heran, banyak masalah kesehatan sering tertular berkat uang.

Dari fakta diatas, jelas koin (uang) sangat tidak direkomendasikan digunakan untuk menutup pusar bayi dengan alasan agar supaya tidak bodong. Hal ini bisa berpengaruh pada munculnya infeksi pada pusar anak. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kondisi pusar bayi yang masih basah dan memerlukan beberapa waktu untuk dapat menutup sempurna.

Jadi langkah bijak yang bisa Anda lakukan adalah tidak menutup bagian ini, sampai pusar bayi sudah puput atau terlepas. Selain itu, pemakaian bedak (apapun jenisnya) sebaiknya tidak dilakukan.

Karena kotornya pusar akan membuat bagian ini sulit dibersihkan. Sekaligus berpeluang menjadi sarang kuman dan bakteri.