Tak selalu susu berdampak buruk pada peningkatan berat badan pada seseorang karena kandungan kolesterol di dalamnya. Bagi Batita, mengkonsumsi susu bayi, dalam hal ini ASI, dapat bermanfaat sebaliknya, yakni menjauhkan mereka dari ancaman kegemukkan atau yang biasa kita kenal dengan obesitas.
Dalam sebuah studi di Amerika, besarnya manfaat susu bagi perkembangan bayi dan kesehatan ibu muda, membuat pemerintah setempat menganjurkan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. Meski peraturan ini tak mengikat, tapi saran ini menjadi sangat penting untuk disampaikan, mengingat Amerika adalah satu dari banyak negara di dunia yang masyarakatnya mengalami permasalahan dengan obesitas.
Dan jika dilakukan, tak hanya berdampak jangka pendek, hal ini akan menjauhkan anak dari risiko kegemukan saat mereka tumbuh dan berkembang kelak. Hal ini seperti diungkap oleh Huffington Post beberapa waktu yang lalu. Dalam informasinya menulis, dibanding mereka (Anak) yang tidak mengkonsumsi ASI, risiko obesitas anak peminum ASI setidaknya sampai 6 bulan bisa diturunkan hingga 15% saat mereka tumbuh dewasa kelak.
Studi tentang manfaat susu sebelumnya juga pernah dilakukan di Jepang. Dalam uji labnya, ASI terbukti mampu menurunkan dampak anak mengalami beragam risiko infeksi (terutama pernafasan) dan alergi.
Kembali di Amerika, penemuan ASI sebagai solusi anak menghindari Obesitas adalah penemuan pertama kali di dunia. Dimana sebelum menemukan fakta ini para ilmuwan yang terlibat dalam hal ini telah bekerja sama dengan lbih dari 43.000 yang dilakukan di Amerika dan Jepang sejak tahun 2001.
Dalam studinya, mereka (Anak) yang saat bayi mengkonsumsi ASI, kecenderungan mengalami kegemukan di usia 7-8 tahun sangat kecil. Hal ini jika dibandingkan dengan anak yang tidak mengkonsumsi ASI di beberapa tahun kelahirannya.
Dalam studi yang sama juga menemukan, mereka yang tidak diperkenalkan ASI cenderung mengalami kegemukan (Obesitas) saat berusia 7-8 tahun. Dan risiko ini kian besar saat mereka bertambah usia (Dewasa). Dimana angka risikonya berubah menjadi sekitar 45%.
Dalam penelitian gabungan ini, tim peneliti dikepalai oleh Michiyo Yamakawa, dari Okayama University Graduate School of Medicine, Okayama City telah diterbitkan dalam jurnal JAMA Pediatrics. Menurut Okayama, kebiasaan ASI yang diberikan sejak bayi disadari atau tidak telah memberi pondasi anak untuk senantiasa membentuk pola makan sehat.
“Sementara bagi mereka yang mengkonsumsi susu formula, umumnya dapat memicu produksi sel-sel lemak. Dan hal ini akan berdampak signifikan saat usia anak terus bertambah setelah usia 7-8 tahun,” jelasnya.
Ia menjelaskan, dalam hal ini peran orangtua, tak hanya ibu, amatlah penting. Mengingat ASI merupakan investasi yang sangat berharga bagi kesehatan anak. Dan sebaiknya hal ini terpenuhi sebagai mana mestinya. Karena awal yang baik akan berdampak baik pula kedepannya.
Memang, bukan sebuah perkara mudah dalam menyajikan ASI untuk kebutuhan nutrisi si buah hati. Mengingat masyarakat modern (terutama kaum wanita) saat ini sangat aktif. Baik dalam aktivitas sehari-hari terlebih mereka wanita karier.