Aneka Gangguan Kesehatan Pada Bayi

Aneka Gangguan Kesehatan Pada Bayi

Beberapa masalah kesehatan yang kerap muncul pada si kecil kerap membuat orangtua sering khawatir tentang Healthy & Safety si buah hati. Organ tubuh yang masih sederhana, membuat mereka perlu adaptasi beberapa hari, minggu atau bahkan bulan kedepan, jadi saat hal ini muncul perlukah panik ?

Beberapa gejala terebut diantaranya bersin seperti flu, batuk hingga nafas yang terasa berat. Hal ini yang kerap membuat gejala masalah kesehatan kerap muncul pada si kecil. Nah jika hal ini muncul, tetap tenang dan jangan panik. Karena biasanya hal ini akan berlangsung beberapa saat sebelum akhirnya hilang dengan sendirinya.

Berikut gejala umum masalah kesehatan yang kerap dialami si kecil setelah mereka dilahirkan :

Bunyi pada nafas. Pada dasarnya, hampir semua organ tubuh si kecil paska dilahirkan masih bekerja belum optimal dan masih beradaptasi, termasuk organ paru-paru. Dalam hal ini organ Paru masih terbentuk kurang sempurna.

Jadi tak heran, hal ini membuat aktivitas nafas si kecil kerap terlihat berat dan tidak teratur. Perlu beberapa penyesuaian dan adaptasi oleh si kecil agar nafasnya berangsur-angsur normal. Jadi saat ini terjadi jangan panik dan jangan keburu bawa si kecil ke dokter. Karena hal ini akan berangsur-angsur normal dalam beberapa saat kedepan.

Bersin-bersin seperti terserang flu. Seperti nafas yang masih tidak teratur, kondisi paru-paru yang masih beradaptasi kerap membuat munculnya gejala lain, yakni bersin-bersin. Hal ini biasa terjadi pada bayi yang barusaja dilahirkan, dan dikarenakan cairan yang masih tertinggal di paru-paru si kecil.

Jika tak disertai gejala lain, maka hal ini bisa jadi normal dan tak perlu disikapi dengan panik, karena akan hilang dengan sendirinya. Namun jika disertai dengan demam, keringat dingin dan sesak nafas, berkonsultasi ke dokter adalah solusi tepat, untuk mengetahui permasalahan yang sedang dialami oleh si kecil.

BAB tidak teratur. Berbeda dengan orang dewasa yang kerap memiliki waktu untuk BAB (Buang Air Besar), pada bayi, waktu ini tidak berlaku. Dan saat BAB si Kecil biasanya lebih tidak teratur. Bisa beberapa kali atau hanya sekali dalam sehari. Atau bahkan ada bayi yang BAB hanya beberapa kali dalam seminggu. Hal ini normal terjadi pada kebanyakan bayi setelah dilahirkan, karena proses pencernaan mereka masih dalam tahap adaptasi.

Pada dasarnya bukan kuantitas yang perlu dicemaskan dalam fase ini, tapi bentuk kotoran paling penting di cermati. Terlebih jika kotoran si kecil terlalu lembek dan bercampur dengan darah, bisa jadi indikasi si kecil mengalami masalah konstipasi.

Mata berkaca-kaca. Pada dasarnya ini merupakan proses normal si kecil dalam hal mengeluarkan kotoran yang ada di mata. Dan biasanya ini terjadi begitu saja, tanpa harus si kecil menangis karena masalah tertentu.

Kondisi mata berair ini juga kerap membuat bulu mata melekat satu dengan yang lain, seperti gejala sakit mata pada orang dewasa. Dan kebanyakkan hal ini kerap terjadi karena saluran air mata si kecil belum berfungsi sebagai mana mestinya.

Untuk memperlancar saluran air mata, anda bisa memijat dengan lembut sekitar hidung di bawah mata. Dan untuk membersihkan kotoran di sekitar mata yang keluar dengan air mata, gunakan lap hangat.

Bayi Bisa Melucu Lho

Bayi Bisa Melucu

Salah satu kemampuan dasar yang dimiliki oleh bayi, bahkan saat usia beberapa bulan setelah mereka dilahirkan adalah melucu. Hal ini yang kerap menjadi hiburan tersendiri bagi kebanyakkan orangtua. Pertanyaannya, dari mana bakat lucu pada si kecil ini di dapat ? dan apakah hal ini berkaitan dengan pemilihan Susu Bayi yang baik ?

Kadang tak sedikit orangtua bingung, meski usia baru beberapa bulan, kenapa si kecil tahu harus berbuat apa untuk membuat orang di sekitar tertawa, bahkan terpingkal dengan tingkal lakunya. Fakta kemampuan ini yang kemudian menarik perhatian para ilmuwan untuk melakukan penelitian untuk mencari sumbernya.

Bukan seperti kemampuan naluriah lain, ternyata bakat me-lucu si kecil muncul dari bagian adaptasi mereka terhadap lingkungan sekitar. Dalam hal ini, kemampuan ini di dapat si kecil dari orang sekitar mereka yang kerap melakukan banyak usaha untuk membuat si kecil tersenyum atau tertawa.

Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian ilmiah yang dilakukan oleh tim dari Cardiff University’s School of Psychology. Dalam penelitian ini didapat, proses dan kemampuan si kecil membuat orang sekitar tertawa merupakan proses tumbuh kembang mereka dalam hal adaptasi dengan lingkungan sekitar.

Untuk mengetahui hal ini awalnya para peneliti melontarkan beberapa lelucon sederhana pada bayi sebagai obyek yang diteliti. Kemudian para peneliti melihat respon yang dilakukan si kecil setelah lelucon tersebut dilakukan di depan mereka.

Dari kegiatan sederhana ini para peneliti menemukan bahwa bayi melakukan proses perekaman dan peniruan dari apa yang mereka lihat, atau hal ini biasa dikenal dengan proses mimikri. Setelah berhasil melihat, tak jarang bayi akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh para peneliti.

Dari kegiatan ini didapat fakta bahwa proses peniruan dilakukan sejak si kecil berusia beberapa bulan. Dan apa yang dilakukan si kecil sedikit banyak di pengaruhi oleh prilaku orang sekitar, dalam hal ini orangtua yang berperan besar dalam memberi bakat me-lucu pada si kecil.

Tak hanya lelucon dalam bentuk mimik, tak jarang orangtua melontarkan bebunyian hewan yang sengaja dilakukan untuk membuat si kecil tersenyum. Dan usaha ini ternyata ampuh dalam meningkatkan kemampuan si kecil dalam membedakan mana bebunyian atau suara yang dapat mengundang tawa, dan mana bunyi yang tidak mengundang tawa.

Dan seperti kemampuan yang lain, kemampuan melontarkan humor pada si kecil akan meningkat seiring dengan pertambahan usia mereka. Para peneliti menemukan, kemampuan membuat orang sekitar terpingkal akan dimiliki dengan baik saat si kecil berusia 18 bulan.

Para peneliti juga menemukan bahwa usia 2 tahun adalah masa lucu-lucunya kebanyakan anak. Karena pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk membedakan mana lelucon yang lucu dan mana lelucon yang tidak lucu.

Disadari atau tidak, kebiasaan orangtua ternyata mempengaruhi sebagian besar perilaku anak di beberapa bulan usia mereka setelah dilahirkan. Termasuk membuat orang sekitar tertawa, dan bahkan kemampuan linguistik si kecil saat mereka mulai menguasai komunikasi dan bahasa di kemudian hari.

Mengenalkan ASI Pada Bayi yang Sudah Kenal Susu Formula

Mengenalkan ASI Pada Bayi yang Sudah Kenal Sufor

Karena satu dan beberapa hal, bayi yang pertama kali mendapat ASI untuk sementara diberi Susu Bayi (susu formula), lalu kembali diberi ASI. Diberbagai kasus hal ini sangat mungkin terjadi, sementara dalam berbagai kasus, bayi justru memilih susu formula dengan menolak susu ASI.

Menolak ASI dan lebih memilih susu formula biasanya dikenal dengan istilah bingung puting. Kondisi ini terjadi setelah bayi lebih memilih rasa susu formula yang lebih ‘enak’ ketimbang rasa ASI. Sehingga hal ini membuat bayi lebih senang minum susu botol ketimbang ‘ngempeng’.

Padahal dibanding susu formula, ASI memiliki banyak manfaat bagi tumbuh kembang si kecil di beberapa bulan usia setelah dilahirkan. Selain itu, struktur ASI lebih mudah dicerna pencernaan bayi, sekaligus meningkatkan sistem kekebalan mereka.

Selain masalah yang dialami oleh ibu, biasanya karena sakit dan konsumsi obat, sehingga menunda pemberian ASI, masalah ini juga kerap muncul karena kebiasaan sejak awal. Di sebagian besar rumah sakit di Indonesia, bayi yang baru lahir umumnya langsung diperkenalkan dengan susu botol. Sehingga mereka sering asing jika diberi susu ibu.

Langkah yang diambil rumah sakit ini sering dilakukan karena alasan menolong bayi yang merasa lapar. Sementara ibu dalam masa perawatan setelah proses melahirkan. Lalu, apakah bayi bisa kembali menerima ASI setelah diperkenalkan susu botol untuk pertama kalinya ?

Pada dasarnya ASI pertama yang dikeluarkan ibu setelah melahirkan berupa cairan kuning yang biasa dikenal dengan kolostrum. Cairan ini biasanya keluar dalam jumlah sedikit, dan bahkan tak keluar sama sekali.

Hal ini yang pada akhirnya membuat kebanyakkan ibu pada akhirnya menyerah, dan lebih meneruskan kebiasana memberikan kosumsi susu formula. Padahal dengan kesabaran dan keyakinan yang kuat, menyusui ASI untuk anak yang pernah berkenalan dengan susu formula bukan perkara yang mustahil.

Nah, bagi Anda yang ingin berjuang memberi ASI untuk si kecil, setidaknya jangan lakukan 7 kesalahan berikut :

Jangan perkenalkan susu formula lebih dini

Memperkenalkan susu formula sejak dini akan membuat bayi mudah menolak rasa ASI. Meski demikian, jika sudah terlanjur, bukan sesuatu yang terlambat untuk memperkenalkan kembali ASI dikonsumsi harian si kecil

Putus asa di percobaan pertama

Kesabaran pada dasarnya modal utama dalam memberi si kecil ASI. Karena belum tentu ASI tak keluar, meski di percobaan pertama tak setetes air pun yang menetes di punting. Karena rangsangan hisapan si kecil terbukti dapat meningkatkan produksi ASI ibu.

Beranggapan bayi tak suka ASI

Kembali lagi kesabaran persepsi yang buruk tentang ASI kerap menjadi hambatan ibu dalam memberikan asupan susu terbaik untuk anak mereka. Termasuk anggapan tentang bayi yang tak suka ASI, terlebih berpikir produksi ASI terlalu sedikit. Karena dengan kesabaran, tak menutup kemungkinan anak akan lebih memilih ASI ketimbang susu formula.

Harus rela menyusui 2-3 jam sekali

Ketekunan memberi ASI adalah kunci keberhasilan. Karena konsumsi ASI umumnya diberikan setiap 2-3 jam sekali. Dan berbeda dengan susu formula yang dapat diberikan oleh siapa saja, ASI hanya bisa diberikan sendiri oleh ibu.

Seberapa Penting Potong Rambut bagi Si Kecil

Seberapa Penting Potong Rambut bagi Si Kecil

Dipotong atau tidak, rambut si kecil akan rontok dengan sendirinya dalam beberapa minggu setelah mereka di lahirkan. Namun untuk alasan Healthy & Safety dan pertumbuhan rambut lebih baik, potong rambut diperlukan.

Pada dasarnya tak sedikit bayi terlahir dengan kondisi rambut yang lebat. Namun berbeda dengan rambut pada umumnya, rambut bayi setelah dilahirkan umumnya memiliki karakter lebih halus, atau biasa dikenal dengan rambut vellus.

Meski demikian, beberapa bayi kadang terlahir tanpa rambut. Meski hal ini bukan indikasi kebotakkan akan terjadi pada si kecil sejak dilahirkan. Karena pertumbuhan rambut bayi sejak dalam janin bergantung pada asupan gizi ibu di masa kehamilan.

Untuk itu, selain membuat rapi, potong rambut bagi si kecil akan membuat proses alami pertumbuhan rambut di kemudian hari akan lebih baik. Karena pada dasarnya akar rambut pada kebanyakan bayi akan mulai muncul saat usia mereka menginjak 8 bulan.

Tak sesederhana itu, memotong rambut sejak dini, sesaat setelah bayi dilahirkan juga dapat memberi manfaat bagi bagi. Berikut diantaranya :

Hilangkan kotoran dan lemak di kepala yang tertempel di rambut halus.

Pada dasarnya rambut pada si kecil yang baru saja dilahirkan kerap tercemar berbagai jenis kotoran dan lemak yang ada di dalam kandungan (Rahim ibu). Nah berbeda dengan kotoran dan lemak yang menempel di badan, kotoran yang menempel rambut dan susah dihilangkan meski sudah dibilas dengan air. Dan hal ini dapat berdampak pada masalah dermatitis seboroik atau kerak kepala.

Kemunculan masalah ini biasanya akan meningkatkan risiko berbagai gejala masalah kesehatan kulit kepala. Seperti penghambatan sirkulasi keringat, yang pada akhirnya menyebabkan biang keringat, bisul, abses dan sejenisnya.

Mempermudah monitor kesehatan kulit kepala

Di beberapa minggu setelah dilahirkan, tak jarang bayi kerap mengalami berbagai masalah kesehatan. Seperti bisul, luka dan benjolan lain di kepala. Dengan dicukur habis rambut, monitor masalah ini dapat ditangani dan diketahui dengan segera.

Mempermudah adaptasi si kecil

Lingkungan sekitar tak jarang kerap berpengaruh pada kondisi si kecil. Terutama saat hawa di sekitar meningkat dan membuat si kecil gerah. Dengan kondisi plontos, bayi pada dasarnya tidak mudah gerah, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.

Mempermudah perawatan kulit kepala

Seperti perawatan kulit di seluruh bagian tubuh, perawatan kulit di bagian kepala akan lebih mudah dilakukan saat kondisi kepala bayi tanpa rambut. Hal ini tentu saja akan berguna dalam hal perawatan sehari-hari, seperti kebutuhan mandi dan peberian lotion penyubur rambut. Karena bagaimanapun perawatan rambut yang baik akan membuat rambut tumbuh dengan baik di kemudian hari.

Stop, Jangan Beri Madu Sampai Anak Usia 1 Tahun

Stop, Jangan Beri Madu Sampai Anak Usia 1 Tahun

Sudah tak bisa disangsikan, kebutuhan madu sangat baik untuk kesehatan. Tapi tahukah Anda, untuk kebutuhan anak berusia 1 tahun konsumsi madu yang dicampur di Makanan Bayi justru berisiko pada munculnya masalah kesehatan pada si kecil ?

Saat ini madu kerap digunakan sebagai bahan herbal yang dapat mengatasi sejumlah masalah kesehatan. Seperti masalah sariawan dan panas dalam secara alami. Bagi bayi, madu tidak disarankan karena bakteri tertentu di dalam bayi membuat si kecil mengalami masalah pada proses pencernaan mereka.

Beberapa orang percaya, manfaat positif madu bagi kesehatan bisa dimanfaatkan oleh setiap orang, bahkan bayi yang berusia di bawah 1 tahun. Dan kebutuhan madu di anak usia ini biasanya dimanfaatkan dengan cara diolesi pada mulut bayi atau dot yang mereka gunakan.

Di Inggris, kebutuhan madu tidak disarankan untuk konsumsi anak berusia dibawah satu tahun. Hal ini sering diperingatkan dalam setiap produk madu dengan tulisan “Unsuitable for infants under 12 months”. Dan tak hanya di Inggris, peringatan yang sama juga ada di hampir setiap produk yang dijual di berbagai negara.

Peringatan pembatasan konsumsi madu untuk anak berusia dibawah 1 tahun ternyata berawal dari sebuah kasus yang terjadi pada tahun 1976. Tepatnya di California Amerika Serikat, konsumsi madu membuat ratusan bayi mengalami sindrom aneh, yang kemudian dikenal dengan nama sindrom infant botulism.

Saat itu, masalah sindrom infant botulism kerap muncul dengan gejala serangan spora pada kotoran bayi. Awalnya gejala ini tidak terdeteksi hingga dua tahun kemudian, badan pengawas kesehatan di California meneliti tek kurang 550 sampel makanan dan obat-obatan yang beredar di sekitar.

Dari hasil penelitian menunjukkan produk madu didapati mengandung bakteri clostridium botulinum. Bagi orang dewasa atau bayi yang berusia diatas 1 tahun hal ini tak berpengaruh signifikan. Tapi untuk bayi berusia dibawah 1 tahun hal ini bisa jadi pertanda buruk, karena kemampuan mereka yang belum bisa mentoleransi bakteri tersebut di dalam tubuh.

Dan karena Clostridium botulinum, kasus kematian bayi mencapai 1,3%. Dan sejak saat itu, madu tak dianjurkan dikonsumsi anak berusia dibawah satu tahun.

Baik madu olahan atau madu alami tidak disarankan untuk dapat dikonsumsi anak dibawah usia 1 tahun. Bahkan para ahli mengingatkan, konsumsi madu dapat membuat anak mengalami masalah karies di gigi mereka.

Selain itu, konsumsi madu yang berasa manis akan membuat bayi merasa ketagihan. Dampaknya bayi akan malas mengkonsumsi makanan jenis apapun kecuali madu. Rasa manis juga disarankan dihindari bukan hanya dari madu, tapi di MPASI anak di bawah 1 tahun.

Meski demikian, Anda tetap dapat melakukan trik agar makanan anak berasa lebih variatif. Yakni dengan menambah buah-buahan di MPASI. Karena bagaimanapun juga rasa manis wortel lebih baik karena mengandung kaya nutrisi dan gizi yang diperlukan perut si kecil.

Tips Buat Si Kecil Nyaman di Rumah

Tips Buat Si Kecil Nyaman di Rumah

Membangun kenyamanan di rumah untuk kebutuhan si kecil, dapat Anda lakukan dengan mudah. Karena hal ini bisa disiapkan mulai dari menyediakan Mainan Bayi yang tepat, Anda juga bisa lakukan beberapa hal sederhana.

Seperti dikutip dari Parenting, bayi pada dasarnya akan merasakan nyaman dalam kondisi tertentu. Dan hal ini bisa Anda mulai lakukan dengan beberapa hal sederhana, berikut diantaranya :

Gunakan lampu ruangan yang redup

Dalam kondisi gelap atau terlalu terang, biasanya bayi akan merasa resah dan kurang nyaman. Hal ini biasa ditandai dengan tangisan dan sebagainya. Solusinya, gunakan penerangan ruangan yang tak terlalu gelap, tapi juga tak terlalu terang. Karena cahaya remang lebih membuat bayi merasa lebih nyaman.

Kondisi remang akan membuat si kecil terjaga dengan melihat beberapa benda dalam fokus pandangannya. Rata-rata jarak pandang bayi berkisar antara 20 sampai 38 cm dari depan wajah mereka.

Tips agar bayi dapat membedakan siang dan malam adalah memasang dua lampu, terang dan redup. Gunakan lampu kamar untuk menyusu dan mengganti popok, lalu ubah lampu remang saat si kecil hendak tidur.

Hangat lebih baik

Bayi sangat benci kedinginan. Oleh karena itu, gunakan selimut yang cukup saat mereka tidur. pastikan setiap saat mereka merasa hangat dan terbebas dari kedinginan. Agar kesehatan kulit terjaga dengan baik, gunakan selimut dengan bahan katun yang dapat menyerap keringat dengan baik.

Bedong

Pada dasarnya, sampai usia 2 minggu, bayi lebih nyaman pada saat di bedong. Karena kondisi ini akan membuat mereka merasakan sensasi hampir sama seperti saat mereka berada dalam kandungan.

Gerak-gerakkan tubuh mereka

Bergerak dengan cara digerak-gerakkan tangan dan kakinya akan membuat bayi merasa lebih nyaman. Selain itu, guncangan-guncangan kecil akan membuat perasaan mereka lebih tenang dan senang. Hal ini yang membuat mereka lebih senang diayun-ayun dan digendong.

Berisik lebih baik

Pada dasarnya, bayi sudah sering mendengar suara berisik sejak ia berada di dalam kandungan. Maka dari itu, jangan ragu melakukan kegiatan yang membuat kegaduhan, seperti mencuci atau suara perbincangan Anda. Kondisi ini biasanya akan membuat si kecil lebih nyaman, ketimbang suasana rumah yang terlalu sepi.

Atau jika ingin mengoptimalkan proses pendidikan si kecil, jangan ragu memperdengarkan lagu-lagu yang biasa di dengan si kecil sejak dalam kandungan. Cara ini selain membuat mereka nyaman juga mengoptimalkan proses pendidikan dini si kecil.

Tips Mencukur Rambut Si Kecil

Tips Mencukur Rambut Si Kecil

Cukur rambut bagi bayi berusia beberapa hari setelah dilahirkan pada dasarnya disarankan karena alasan kesehatan. Pertanyaannya, kapan waktu ideal untuk melakukan proses cukur pertama pada si kecil ? Karena hal ini kerap berkaitan dengan aktivitas Bath & Skincare.

Pada dasarnya kesiapan yang cukup dibutuhkan untuk prosesi cukur rambut pertama pada si kecil yang baru saja dilahirkan. Hal ini berkaitan dengan kondisi kesehatan dan usia si kecil, menghindari kemampuan gerak si kecil.

Usia yang disarankan untuk melakukan proses cukur rambut adalah 10 hari. Pada usia ini biasanya bayi masih belum banyak melakukan gerakan tiba-tiba dan aktif. Sehingga potensi untuk melukai kulit mereka sangat kecil.

Selain usia, lakukan proses potong rambut saat kondisi si kecil sehat. Hal ini untuk menghindari komplikasi munculnya masalah lain, dan menghindari kegiatan yang membuat si kecil gerah dan memperparah sakitnya.

Untuk memulai pencukuran rambut, ada baiknya Anda melakukan beberapa persiapan. Berikut diantaranya :

Menjadwalkan hari cukur rambut

Seperti yang telah disinggung di atas, waktu yang tepat untuk melakukan proses cukur rambut adalah saat si kecil berusia 10 hari. Saat usia ini, karakter bayi masih belum aktif, dan proses bisa dilakukan secara aman.

Kondisi tidur dan perut kenyang

Saat kondisi tertidur dan dalam perut terisi, bayi akan kecil peluangnya untuk rewel. Karena saat rewel, tak jarang proses pencukuran akan mudah terganggu. Dan hal ini berpotensi melukai kulit kepala si kecil saat melakukan cukur rambut.

Lakukan dengan posisi bayi nyaman

Jangan ragu menaruh dan menempatkan bayi agar mereka bisa nyaman saat di potong. Mau di gendong, ditaruh diatas batal dan sebagainya, semua bisa dilakukan asal si kecil nyaman dan proses pemotongan dapat dilakukan dengan baik dan lancar.

Gunakan alat potong tajam dan aman

Alat potong yang kurang tajam akan berpotensi menyebabkan luka di bagian pangkal rambut. Sebisa mungkin menggunakan alat cukur baru yang tajam, namun tak melupakan aspek keamanan dan kenyamanan si kecil.

Mulailah pada bagian terluar

Lakukan proses pemotongan rambut dengan sabar dan hati-hati. Caranya dengan memangkas terlebih dahulu bagian yang terlihat dari posisi bayi, apakah dengan tidur atau dengan gendongan.

Berhati-hati

Lakukan beberapa langkah sederhana dengan hati-hati di bagian yang sulit dicukur. Seperti bagian kulit kepala yang berada di sekitar telinga. Caranya dengan merenggangkan kulit lalu mencukurnya.

Berhenti saat bayi melakukan gerakkan

Kadang aktivitas pencukuran rambut membuat bayi merasa risih. Berhenti saat mereka mulai rewel dan menangis, atau saat si kecil terbangun. Lakukan lagi mencukur bagian lain rambut yang belum tercukur saat kondisi bayi mulai tenang.

Usia Ideal Berikan MPASI

Usia Ideal Berikan MPASI

Usia pemberian MPASI (Makanan Pendampis Air Susu Ibu), kadang membuat bingung tak sedikit orangtua. Dengan pedoman tips Feeding & Nursing yang baik, berat badan yang tak kunjung naik membuat anak diberi MPASI sejak usia mereka 1,5 bulan, bolehkah ?

Pada dasarnyanya, usia ideal pemberian makanan pendamping ASI adalah saat si kecil 6 bulan. Ini artinya, pemberian MPASI dibawah usia tersebut berbahaya dan tidak disarankan, karena beberapa faktor. Berikut diantaranya :

Sistem pencernaan si kecil yang belum sempurna. Pada dasarnya sistem pencernaan si kecil sebelum usia 6 bulan masih sangat sederhana, sehingga hanya memungkinkan menerima asupan makanan cair. Dan pemberian makanan padat hanya akan membuat si kecil berisiko tersedak dan sangat berbahaya.

Selain itu hal ini mencegah beberapa bahan penyebab alergi masuk ke dalam aliran darah dan usus. Karena pada tubuh si kecil belum mampu memproduksi lgA, atau protein yang dapat berfungsi sebagai immunoglobulin, pelindung dinding usus.

Si kecil yang berusia belum sampai 6 bulan, pada dasarnya belum cukup produksi lgA. Sehingga sangat berisiko jika bahan penyebab alergi sampai masuk kedalam tubuh mereka. Dan pada umumnya produksi lgA sudah cukup saat anak berusia 6 bulan.

Lidah belum berfungsi dengan baik. Pada dasarnya inti dalam kegiatan mengunyah makanan padat sering dibantu oleh lidah. Nah, pada anah berusia dibawah 6 bulan, lidah belum berfungsi sebagai mana mestinya, sehingga hal ini akan membuat makanan yang masuk tak terkunyah dengan baik.

Kemampuan lidah dalam hal ini biasa dikenal dengan istilah “Tongue thrust reflex”. Tanpa kemampuan ini makanan padat yang masuk akan berisiko membuat si kecil mudah tersedak, dan hal ini bisa berdampak sangat serius.

Belum memiliki kemampuan untuk menelan dengan baik. Seperti lidah, sistem pencernaan melalui mulut dan kerongkongan bayi masih dalam dapat dilakukan dengan sangat sederhana. Dan hal ini hanya memungkinkan makanan cair masuk, bukan makanan padat. Dalam artian, kemapuan menelan makanan si kecil masih belum sempurna.

Ini yang kadang membuat makanan hanya terus berada di mulut, tanpa bisa masuk atau tertelan. Dan dalam beberapa waktu, makanan ini akan kembali keluar dari mulut si kecil. Kemampuan menelan makanan padat biasanya mulai dapat dilakukan si kecil saat usia mereka 4-6 bulan.

Belum dapat duduk. Posisi duduk pada dasarnya akan membantu proses penelanan makanan. Berbeda dengan makanan cair yang dapat ditelan pada saat tidur, makanan padat dan proses menelan kerap bermasalah saat dilakukan dengan cara tidur.

Dengan kata lain, saat usia 6 bulan dan kemampuan si kecil untuk duduk lebih baik, adalah waktu yang tepat untuk memperkenalkan mereka dengan jenis makanan padat.

Belum ada Gigi. Pada dasarnya gigi sering menjadi indikasi kemampuan mengolah makanan pada si kecil. Dalam hal ini, saat belum ada gigi, biasanya si kecil hanya memiliki kemampuan menghisap. Dan saat gigi mulai keluar, disitu kemampuan mengunyah anak akan muncul dengan sendirinya.

Umumnya gejala awal kemunculan gigi muncul pada saat anak berusia 4-6 bulan dengan ditandai dengan keluarnya banyak air liur disekitar mulut. Air liur ini pada dasarnya berfungsi sebagai Enzim yang dapat membantu mencerna makanan padat kedepannya.